Senin, 09 Maret 2009

Obat untuk influenza. Perlukah?

Bekerja di bidang asuransi (yang notabene bukan sepenuhnya bidangku) membuatku menjadi mengerti pola suatu golongan masyarakat dalam menyingkapi kesehatan mereka. Sebagian mereka (yang menjadi tanggungan dari asuransi) mungkin merasa tidak ada masalah jika kita sakit, karena memang perusahaan mereka akan menanggung segala biaya kesehatan mereka. Dan itu wajar. Dalam hal ini aku hanya ingin menyingkapi paradigma yang sekarang ada di masyarakat. Paradigma sehat (dalam lingkup asuransi) mungkin sebagian akan lebih mengarah ke dokter untuk mengobati penyakitnya daripada menjaga kesehatannya. Tidak mudah memang mengubah kebiasaan sebagian masyarakat yang masih awam bahwa obat sebenarnya juga bukan barang yang ramah. Bagiku, seminimal mungkin kita mengkonsumsi obat (kalo gak kepepet harus bener2 minum obat lho). Sebagai contoh yang kulihat di lapangan adalah penyakit yang umum misalnya influenza. Banyak sekali memang klaim dari pasien asuransi yang kupegang dengan diagnosa URI (upper respiratory infection)yaitu infeksi saluran nafas atas ato biasa disebut ISPA. Sebagian besar obat yang diberikan pasti diantaranya terdapat antibiotika (antibakteri), selain ada obat lain untuk mengurangi gejala influenza. Memang itu wajar dan itu bukan suatu kesalahan karena merupakan hak pasien kepada dokter untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, dan hak dokter memberikan obat yang sesuai. Hanya disini aku cuma menilai dari kebiasaan masyarakat saat ini dalam menggunakan antibiotika. Saat ini antibiotika bagaikan vitamin, yang tiap kita sakit (apalagi influenza) pasti akan memerlukan antibiotika. Hal itu tidak sepenuhnya benar. Pada dasarnya influenza ini merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Biang keladinya adalah virus RNA yang berasal dari keluarga Orthomyxoviridae (virus influenza). Ingat, bahwa penyebabnya adalah virus. Dan sebagian besar antibiotika adalah antibakteri yaitu bekerja melawan bakteri, yang secara morfologi dan sifat berbeda dengan virus. Na masalahnya memang kalo influenza diberi anti virus (ato yang lebih dikenal dengan antiviral) memang jatuhnya akan mahal banget. Dari segi benefit and risk obat anti viral memang sangat tidak ekonomis apalagi untuk penyakit yg ringan seperti influenza. Maka sebagian besar memang ‘ditembak’ aja dengan antibiotika. Ehm ada se penyakit lain dari infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri. Tapi karena gejalanya hampir sama dengan influenza, maka memang tidak bisa dibedakan secara pasti. Yang jelas kita tidak tau mikroba apa yang menyebabkan infeksi pada tubuh kita sebelum ada pengujian dari isolasi darah kita dan adanya identifikasi dari mikroba yang ada. Na hal itu juga memang tidak murah. Jadi pemberian antibiotika memang jadi pro dan kontra. Dan dokter lah yang lebih mengetahui kondisi tubuh pasien terhadap penyakit, apakah perlu antibiotik, anti viral, atau tidak sama sekali membutuhkan obat tersebut. Na, dari penjelasan itu (ehm lebih ke arah opini se berdasarkan keilmuanku) terkadang kita tidak perlu obat untuk mengatasi flu, apalagi antibiotik. Karena pada dasarnya penyakit ini merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh, jadi yang kita tekankan yaa kita tingkatkan dulu sistem kekebalan tubuh. Penyebab utama kita terserang infeksi karena sistem kekebalan tubuh kita yang menurun sehingga tidak sanggup menanggulangi infeksi dari bakteri atau virus. Istirahat dan makan teratur, kalo perlu minum susu (hehe bagi yang gak biasa, ya dibiasakan tuh). Tapi kalo memang gejala dari influenza memang tetap mengganggu, obat untuk influenza mungkin bisa diperlukan. Pada umumnya obat antiinfluenza mengandung bahan yang digunakan untuk mengatasi gejala hidung tersumbat, pusing, hipersekresi mukosa hidung (alias hidung meler) dan demam. Tapi perlu diingat gejala itu merupakan reaksi tubuh kita karena adanya infeksi, bukan sumber penyakit. Dan memang obat antiinfluenza meredakan gejala, dan bukan mengobati penyebab utamanya. So, be alert. Jika kita bisa menjaga kesehatan lebih baik, tak perlu lagi obat. Tapi tetaplah jika memang kita ragu, ada dokter dan apoteker yang siap membantu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar